Jumat, 28 September 2012

Soal Kini 2

Ketika kita meminta jadi kupu-kupu,
Allah memberi kita ulat...
Membuat kita terluka dan sakit,
Beranggap Ia tidak adil tentang kita,
Beranggap Ia kejam untuk kita,
Allah memberi kita yang tidak kita suka,
Dan akhirnya kita hanya mampu memberontak
dan memberontak.

Dan kini...


Allahu Rabby...
Engkau benar...
Engkau memang selalu benar...
Engkau selalu benar...

Ulat itu tidak hanya menyakitiku dulu,
Tapi ulat itu menyakitiku kini..
Dan Engkau memberiku situasi lain,
Yang lebih membuatku luka,
Namun aku tak bisa apa-apa...

Allah..
Allahu Rabby...
Engkau memang benar...
Dan selalu memang benar...
Kupu-kupu itu kini telah menjadi cantik,
Namun beribu sayang aku hanya mampu menangis,
Melihatnya,
Memperhatikannya,
Tanpa mampu bisa menyentuhnya...

Allahu Rabby,
Engkau memang selalu benar...
Dan Engkau Maha Tahu aku tak mampu mengumpatmu,
Dan Engkau Maha Tahu aku tak bisa apa-apa,
Dan Engkau Maha Tahu aku hanya mampu menangis,
tanpa bisa menjelaskan apa-apa,
bahkan berkata apa-apa...

Allahu Rabby,
Engkau Maha Benar dan selalu akan benar...
Tapi mengapa aku?
Mengapa seperti ini?
Mengapa sekarang?
Apa yang terbaik untukku?
Apa yang harus kulakukan?

Allah...
Engkau Maha Benar dan selalu akan benar...

Soal Kini

Ya Allah...
Kayak lemparan gunung berapi..
Seperti dipaksa menggenggam matahari negatif..
Seakan jantung dan hatiku sudah terambil dan terkoyak..
Tapi aku...cuma bisa menertawakan diriku sendiri..

Kejam...
Ini terlalu kejam, Ya Allah...
Ini terlalu kejam...
kenapa hal kayak gini datang di saat seperti ini?


Allah...
Kenapa?
Mengapa?
Inikah jawaban dari setiap ceracauan nggak jelasku?
Tapi kupikir...
...................
...................
Allah...
Allahu Rabby...
Allah...
Kenapa sekarang?
Mengapa sekarang?
Allah...
Allah...
Allah...
Allah...
Ada apa sebenarnya?
Kenapa seperti ini?
Mengapa seperti ini?
Allah...
Allahu Rabbi...
Allah..
Apa sebenarnya rencana-Mu untukku...?
Allah...
Sakit...
Sakit...
Tapi Engkau tahu aku bukan makhluk-Mu yang tidak berperasaan,
Engkau tahu aku bukan makhuk-Mu yang tidak bisa berpikir,
Engkau tahu segalanya...
Dan Engkau tahu aku nggak bisa apa-apa lagi..
Allah...
Sakit...
Sakit...
Tapi aku hanya bisa menertawakan diriku sendiri...
Engkau tahu....
Engkau tahu....

Sabtu, 25 Agustus 2012

Di Balik Tirai Lapusa

Lapusa: "Keinginan dalam Malam"

Ini tentang seekor burung hantu yang baru belajar terbang. Dari sifat-sifat burung hantu, tentu jenis hewan ini hanya bisa melihat di malam hari. Namun, malam tetap saja berbahaya bagi seekor burung yang belum waktunya belajar terbang. Sehingga, ketika tiba di tanah, ia 'termakan'. Hikmah apa ya yang ada di dalam sajak ini?


Lapusa: "Dimana"

Ini tentang sebuah rumah tua yang dimasuki oleh seseorang. Rumah tua ini seolah berbicara. Ia memperkenalkan dirinya. Lalu ia ingin memberikan peringatan pada orang yang memasuki dirinya. Entahlah, mungkin ada rasa sayang dari rumah tua ini terhadap orang yang masuk itu. Di akhir kata, ia berkata, "Tapi mungkin juga kau takkan kemana-mana, Hingga mampu keluar dari...Ini...", tebaklah apa yang terjadi dalam kalimat ini.


Lapusa: "Tes Tes Tes"

Ini tentang sebuah benda yang sering dipakai dalam suatu agenda kegiatan manusia. Sangat penting dan berkaitan dengan mendapatkan perhatian semua orang. Namun, benda ini memberontak. Terhadap apa? Tebaklah sendiri. (n_n)

Tes Tes Tes

Tes...
Tes...
Tes...

Tidak!
Jauhkan itu dariku!

Tes...
Tes...
Tes...


Tidak!
Jangan tempelkan apa-apa padaku!

Tes...
Tes...
Tes...

Berisik!

Tes...
Tes...
Tes...

Ah tidak!
Matikan saja aku!!!
Tolong!!!

-Artemis YuukiStar-
24 Agustus 2012

"Dimana?"

Ini jiwaku,
Jika kau ingin tahu apa ini,

Ini diriku,
Jika kau ingin tahu siapa ini,

Rapuh bagai papan rumah yang berdiri ribuan tahun,
Ketika kau berpijak,
Maka perhatikanlah langkah kaki yang kau lakukan,
Mungkin kau akan jatuh,

Jurang di bawah terlampau tinggi tuk buatmu utuh nanti,
Tapi mungkin juga kau takkan kemana-mana,
Hingga mampu keluar dari...
Ini...

-Artemis YuukiStar-
24 Agustus 2012

Keinginan Dalam Malam

Aku ingin cepat mampu mengepakkan kedua sayapku,
Jadi aku lompat dari peraduanku meski takut,
Tanpa siapa-siapa yang tahu...

Bagai The Guardian Owl yang berani hadapi malam,
Karena memang malam adalah takdir untuknya,
Kepak kepak dan kepak meski takut...

Dan mata ini menangkap sesuatu di balik rerumputan tinggi,
Cepat cepat dan cepat dalam bayang-bayang kegelapan,

Kuhanya mampu mencari dengan nafas akan mati...

Well...
Keluarlah!
Siapa di sana?
Dalam kesunyian aku diterkam,
Mati...

-Artemis YuukiStar-
24 Agustus 2012

Rabu, 18 Juli 2012

Langkah Seribu


“Kenapa bisa begitu? Aduh, seharusnya yang seperti itu nggak boleh ada di organisasi kita.” Ujar Qima begitu aku selesai menceritakan kondisi organisasiku.
Aku lantas menghela dan sedikit tertawa.
“Qim, kok kamu bilang seperti itu?”
“Ya jelaslah, Riziya sayang. Organisasi kita kan organisasi yang bernafaskan islam. Persyaratan menjadi anggota adalah mau belajar Islam secara kaffah. Kalau anggota kita seperti itu, artinya mereka nggak layak jadi anggota.” Sahutnya lagi.